Umah Hati adalah nama dari hunian sejuk ini. Memiliki arti hati yang tenang, desainnya dibuat sangat kalem, namun menyimpan kombinasi desain yang berani, menjembatani antara Barat dan Timur. Mereka secara halus bersatu dengan lingkungan, memberikan gambaran seperti sebuah pondok besar. Studio Jencquel menangani arsitektur dan desain interior untuk bangunan yang berdiri di Sayan, pinggiran Ubud, Bali, ini. Pembangunan dimulai pada 2016, dan selesai pada Desember 2017. Menggunakan material berkualitas tinggi dan keterampilan yang canggih, Umah Hati memanfaatkan situasi dan keadaannya, memancarkan kedamaian dari dalam rumah ke lingkungan sekitarnya.

Bekerjasama dengan pemilik properti, proses desainnya menghasilkan percampuran abadi antara Bali tradisional dan Modern. Villa satu lantai berbentuk huruf L ini memiliki luas bangunan 400 m2 di tanah seluas 4000 m2. Terdiri dari tiga kamar tidur berkamar mandi, living room, ruang makan, dapur, powder room, pantry, laundry, dan area staff. Layaknya gaya rumah tradisional Bali, banyak bagian pada villa ini yang terbuka dan bersentuhan dengan alam. Diluar, kolam renang terbentang dengan pemandangan pepohonan dan ngarai kecil dari Sungai Ayung.

“Menggunakan material berkualitas tinggi dan keterampilan yang canggih, Umah Hati memanfaatkan situasi dan keadaannya, memancarkan kedamaian dari dalam rumah ke lingkungan sekitarnya.”

Beberapa material lokal dipilih dengan cermat untuk proyek ini, termasuk salah satu koleksi kayu Indonesia, yaitu kayu ulin, untuk atap dan struktur. Fitur utama pada bangunan ini adalah desain atapnya, dibuat dengan detail yang sangat rapi dan keterampilan yang bagus. Sedangkan kasau terbuat dari kayu Bankirai yang digosok hingga halus lalu dibiarkan terlihat natural. Tehnik ikat Jepang terlihat pada atap utama. Rotan anyam dari Sulawesi secara menarik menghiasi interior. Proporsi dan ketinggian yang tepat memberikan rasa intim dan melindungi, dan sebuah kesederhanaan bentuk yang menyembunyikan kerumitan dari pembuatannya.

Sebuah sungai di Ubud menghasilkan batu Paras, batu vulkanik lembut, yang digunakan untuk melipisi dinding. Marmer eksotis dari Asia dan Itali mendasari tempat rias di kamar mandi, juga sebagai lantai di area living, dapur, dan kamar mandi utama. Berbagai kayu asli Indonesia beraneka warna digunakan untuk pelapis dinding, lantai kamar tidur, jendela, dan pintu. Sementara kayu tua berusia satu abad diolah menjadi tempat rias di kamar mandi utama, lengkap dengan wastafel berlapis marmer. Diluar, dinding taman dibuat dari batu lava. Sebuah area taman tersembunyi di pinggir sungai, dilapisi dengan lantai kayu sebagai pengingat bahwa terkadang tanah berbicara dengan kita, jika kita mendengar.