Traveling sering menjadi agenda para pencari inspirasi. Berpetualang di tempat-tempat baru dapat memberikan masukan brilian pada sebuah karya seni. Seperti Bruce Leishman, pemilik apartemen di Jakarta Selatan, yang banyak dipengaruhi dengan kesenanganya terhadap traveling. Sebelum menetap di Jakarta, pria yang gemar bermain selancar ini pernah tinggal di Rusia dan Ukraina selama enam tahun. Arsitektur juga sangat mempengaruhi hidupnya, dengan fasihnya ia mengaku sebagai penggemar periode Bauhaus dan Art Deco. Tidak terlalu mengherankan jika wishlist perjalanan Bruce berikutnya adalah Asmara di Eriterria, sebuah perkotaan yang dibangun pada era Bauhaus di tahun 1930. Kendati menyukai sesuatu yang historis dan serius, Bruce juga memiliki sisi lain yang bebas, seperti Pantai Miami. Masih banyaknya bangunan peninggalan era Art Deco yang terlihat di Miami, membuat Bruce menyukai area tersebut.

Selama melakukan perjalanan, Bruce juga hobi mengincar dan berburu barang antik, “Walaupun terkadang Anda harus mengaduk-aduk ‘sampah’ untuk menemukan ‘berlian’”, ungkap Bruce.

Ketika tidak sedang berkelana, dirinya kerap mengunjungi toko-toko furnitur di Kemang Timur, Jakarta, untuk menemukan perabot antik yang cantik untuk diletakkan di huniannya. Dirinya tidak keberatan mencari mebel dan aksesori di antara debu-debu yang menutupi.

Ia menyukai gaya Eklektik yang tidak terlalu ramai. Sarannya, Anda harus tahu kapan waktunya untuk berhenti, jika tidak, maka tempat Anda akan terlihat berantakan. Walaupun ia mengaku memang sedikit sukar untuk stop jika melihat tumpukan barang di gudangnya. Guna menyiasati berbagai benda beda zaman dan tradisi yang dikumpulkannya, Bruce memilih warna natural sebagai wadah untuk menampung segala perbedaan ini.

Untuk apartemen ini, ia tidak ingin desain yang “pasaran”. Dirinya menyukai hunian yang merefleksikan pemiliknya hingga menunjukkan sisi personal. Beberapa orang menghabiskan uang untuk furnitur yang pada akhirnya terlihat seperti toko. Sedangkan bagi Bruce, ia senang melihat-lihat objek yang mengingatkan dirinya cara menemukan barang tersebut. “Seperti meja era Mid-Century yang ia temukan di Damaskus dan dikirimkan dari Syria ke Ukraina, atau permadani yang ia beli di Tbilisi, Georgia”, kenangnya sambil menunjukkan kedua furnitur yang memiliki cerita yang memiliki nilai historis tersendiri.