Sekitar empat tahun yang lalu Mario Reinaldi Ratawinata dan Annita Leonardi Affandy mendirikan Modula Studio. “Berawal dari kekaguman kami atas karya arsitektur dan interior. Sehingga menantang diri untuk terus berkembang dalam proses mengekspresikan seni bangunan dan ruang dalam,” papar Annita. Keduanya berpendapat bahwa sebuah ruang arsitektur dan interior mampu secara optimal memberi solusi atas kebutuhan, juga meningkatkan kualitas hidup penggunanya.

Photography Courtesy Modula Studio Press

Mario dan Annita mendesain AtoZ Bar, Wine and Brasseries, dengan misi mengedukasi masyarakat akan eksplorasi rasa pada setiap varian minuman. “Kaum adam adalah target market. Sehingga sengaja mengedepankan konsep interior ‘The Man’s Cave’. Disini juga tersaji minuman dari berbagai penjuru dunia, from A to Z,” jelas Mario. Dari sisi interior, kafe yang berada di Semarang, Jawa tengah ini adalah kombinasi antara perpustakaan dengan gentleman’s lounge. “Nuansa Klasik Eropa berpadu dengan Industrial Elegant sengaja kami angkat,” kompak keduanya. Tema ini dapat kita lihat pada aplikasi material besi, rough wood, serta pemakaian warna gelap yang menonjolkan sisi maskulin. Beberapa aksen juga sengaja muncul dengan material kuningan dan sentuhan kilap lainnya, antara lain marmer dan mozaik yang memperkuat kesan elegan.

Photography Courtesy Modula Studio Press

Sekilas banyak unsur kayu dalam elemen interior. “Untuk menikmati minuman yang disajikan, suhu ruangan dikondisikan sangat rendah. Kami menggunakan elemen kayu agar tercipta kesan hangat dan cosy,” tutur Annita, lulusan Arsitektur Universitas Tarumanegara, Jakarta, ”Tekstur maskulin dan nuansa Klasik Elegan juga akan lebih tampil dengan penggunaan material kayu,” tambahnya lagi.

Modula Studio berbagi tips untuk mendesain interior sebuah kafe. “Pemilihan material dan detail yang mudah dalam pemeliharaan dan tidak berbahaya bagi pengunjung adalah poin utama. Secara estetika juga harus menghasilkan suasana interior yang unik.,” tegas Mario, yang juga menyelesaikan studinya di Universitas Tarumanegara, Jakarta. Keduanya menutup sesi wawancara dengan memaparkan bahwa setiap desainer memiliki kekuatan masing-masing dalam desainnya. Bagaimana proses berpikir sampai menghasilkan sebuah mahakarya dalam menjawab masalah keterbatasan, kebutuhan di dalam bentuk ekspresi seni ruang. Inilah yang selalu memberi inspirasi dan semangat bagi mereka.